Rabu, 29 Mei 2013

true love


Arti Cinta Sejati


Namaku Ary,dulu q kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Muara Enim yang masih terlalu dini mengenal istilah cinta. Aku mengenal dengan istilah cinta saat duduk di bangku kelas tiga SMP. Belum terlalu paham tentang cinta, sebegitu mudahnya aku mempermainkan cinta saat itu, tanpa sedikitpun memikirkan perasaan pasanganku. Awal masuk SMA, aku menjalin suatu hubungan dengan kakak kelasku yang bernama Sindy. Aku kelas X, sedangkan dia kelas XII sekali lagi aku hanya bermain-main dengan cinta tanpa serius memikirkan perasaannya yang telah tersakiti karena kelakuanku.
Putus dari dia aku mengenal dengan sesosok wanita muda dan cantik, kebetulan dia juga kakak kelasku, tepatnya kelas XI, Ayu namanya. Sebelumnya aku benar tidak tertarik sama sekali menjalin hubungan lagi, bosanlah istilahnya, tak ada yang menarik saat aku menjalin hubungan. Awal perkenalan kami juga tidak begitu menarik, dan aku pun tak menganggap ayu sama sekali. Tapi rasa itu langsung berbeda ketika aku pertama kali melihat dirinya.
“Sindy, itu lo yang namanya Ayu” gertak firman, salah seorang temanku yang ketika itu kami sedang duduk santai didepan perpustakaan sambil berbincang. Aku langsung menoleh ke arah wanita muda dan cantik itu, dan itulah awal aku tahu Ayu secara langsung.
“Benarkah itu Ayu?” tanyaku kepada Firman tanpa memalingkan pandanganku ke arah Ayu.
“Iya benar, itu Ayu !” Jawab Firman sambil memakan jajan yang baru saja ia beli.
“Gila, Benar-benar gila. cantik banget ternyata” gumamku di dalam hati dan masih terpesona melihatnya. Sesampainya di rumah, aku pun tak henti-henti kepikiran wajahnya Ayu.
“Kenapa ini, aku tak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Biasanya aku juga tak pernah seheboh ini” pikirku sangat aneh sambil berkali-kali aku memandangi handphone berharap ada SMS masuk dari Ayu. Sungguh aneh, yang tadinya aku tak tertarik sama sekali, sekarang malah berharap lebih sama Ayu.
“Ada SMS !” teriakku. Langsung ku buka SMS itu dan benar, itu SMS dari Ayu. Akupun sangat kegirangan. Itulah awal mula aku bisa serius menjalin hubungan dengan pasangan, sungguh berbeda dengan pasangan-pasanganku sebelumnya.
Dan inilah waktu yang aku tunggu, waktu dimana aku dan Ayu jalan bareng. Sebelumnya kami memutuskan untuk nonton, tapi berhubung waktu telah terlewatkan, kami akhirnya menuju ke sebuah tempat yang begitu indah yaitu ditaman MUARA ENIM. Udara yang begitu sejuk, suasana tenang, burung-burung bernyanyi, rumput hijau menari dan genangan air yang membentang luas adalah sebagian kecil dari pancaran indah tempat ini. Di tempat ini kami saling bercerita tentang kehidupan kami, tak terasa pula sore telah datang menjemput.
“Aku boleh ngomong serius sama kamu ry ?” tanya Ayu begitu serius memandangku.
“Boleh yu, silakan !”kebetulan kami tidak memakai nama panggilan kakak ataupun adik. dengan sedikit gugup aku menjawab pertanyaannya. Tiba-tiba Ayu menggenggam tanganku. “duuh gila, mau ngapain ni anak” gumamku dalam hati.
“Maukah Ary jadi pacarku ?” seketika perasaan ku langsung campur aduk antara senang dan bingung dan aku juga berfikir bahwa seumur hidupku aku tidak pernah ditembak langsung sama wanita, sebaliknya aku yang sering menembak wanita “Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu sekarang Ayu. Kita juga belum lama kenal” Jawabku menutupi rasa bingung yang sedang bersemayam di otak dan hati.
“Tapi aku sudah menganggapmu jadi pacar aku dari dulu walaupun usia kamu lebih muda dari aku” bujuk Ayu seperti mengharapkan jawaban berbeda dariku. Sungguh tak kuasa aku melihat pandangannya, ingin memalingkan pandangan darinya, tapi kepala ini bagai ditahan oleh batu besar.
“Ya sudah, aku mau”
“Benarkah ? Terima kasih Ary, hmmmmm tapi nggak enak kalau kita manggil nama masing - masing ” Sambut Ayu dengan muka kegirangan.”trusss,mau dipanggil apa? Lalu dia menjawabnya “Bagaimana kalo panggil Umi dan Abi,aku panggil kamu Abi sedangkan aku panggil kamu Umi” dan aku pun langsung menjawabnya dengan “iya”
Akhirnya aku telah mengerti indahnya menjalin hubungan waktu bersama Ayu. Apakah ini sesuatu yang dinamakan cinta, sesuatu yang dulu selalu aku anggap membosankan dan tidak mempunyai arti sama sekali. Awalnya aku begitu bahagia, aku selalu membanggakannya, tapi tidaklah mudah menjalani hubungan dengan Ayu. Banyak kabar burung tentang Ayu, entah karena Ayu adalah salah seorang anak yang dikenal di sekolah, atau karena dia mempunyai banyak mantan pacar di sekolah, yang pasti kabar itu sungguh tak bersahabat di telingaku saat itu, Banyak kabar burung yang mengatakan bahwa Ayu itu playgirls, Ayu itu anak yang tidak baik, dan sebagainya. Berbagai cara aku lakukan untuk selalu percaya pada Ayu, karena aku yakin Ayu yang aku kenal bukanlah tipe orang yang seperti itu. Begitu juga dengan Ayu, dia menyarankanku untuk tidak percaya kepada kabar burung tentang dirinya.
Suatu hari, ketika kenaikan kelas. Aku kebetulan sekelas dengan salah seorang yang telah mengenal ayu dari SMP, dia adalah Meta, sahabat dari dua mantan pacar Ayu.
“Hai !” sambutku padanya.
“Hai juga, kamu pacarnya Ayu yang baru ya?”
Aku hanya membalasnya dengan senyum, walaupun pertanyaan Meta begitu biasa, tentu aku merasa sedikit tersinggung. Meta adalah tipe orang yang mudah bergaul, walaupun kami baru kenal, tapi dia sudah sangat akrab denganku, Meta pun tidak segan untuk berbicara tentang masa lalu Ayu kepadaku. Aku begitu terkejut ketika Meta berbicara bahwa Ayu adalah seorang yang playgirl, dan salah satu mantannya itu adalah lelaki yang tidak baik. Sungguh berbanding terbalik dengan semua cerita Ayu yang sesungguhnya.
Saat itu kondisi otak dan hatiku sungguh tidak stabil, aku bingung harus percaya sama siapa lagi, apakah aku harus percaya sama teman-temanku yang jelas-jelas tidak hanya seorang yang menyatakan bahwa Ayu tidak sebaik yang aku kira atau apakah aku harus percaya sama Ayu dan mempercayai bahwa tidak mungkin orang sebaik Ayu mempunyai sifat seperti itu. Sungguh hatiku tak tenang dengan semua ini. Ini adalah puncak rasa ragu-raguku terhadap Ayu, tapi untuk kesekian kalinya, Ayu bisa menenangkanku dan akhirnya aku tahu harus percaya pada siapa waktu itu.
Keesokan hari setelah aku berhasil menenangkan pikiranku ada SMS dari seorang sahabatku,
Ryan.
“Kamu masih pacaran dengan Ayu ?” isi SMS dari Ryan.
“Iya, kenapa ?” Balasku
“Nanti kerumahku ya, ada yang mau aku omongin, penting !”. Melihat balasan dari Ryan, aku merasa terkejut. Tidak seperti biasanya dia bilang seperti itu dan mengurusi urusanku dengan pacarku.
Tanpa pikir panjang aku langsung memanasi motor, dan bersiap ke rumah Ryan tanpa meminta izin pada Ayu. Sesampainya disana ternyata tidak hanya ada Ryan seorang, tetapi ismail juga ada disana. Mereka berdua adalah sahabatku dari kelas satu SMP. Aku terkejut melihat wajah mereka yang begitu serius memandangiku.
“Ada apa emangnya, wajah kalian serius banget seperti menghadapi ulangan fisika” aku berusaha membuka perbincangan.
“Kamu masih pacaran dengan Ayu ?” tanya Ismail dengan penasaran.
“Masih, memangnya kenapa sih ? kalian membuatku penasaran dari tadi”
“Sebaiknya kamu putusin saja deh Ayu itu” ujar Ryan.
“loh, kenapa sih ? kok tiba-tiba kalian berbicara seperti itu ? biasanya kalian mendukungku jika aku menjalin hubungan sama orang ?”
“Iya, kami mendukung jika kamu bahagia, tapi apa kenyataanya ?”
“Aku bahagia kok, kalian tahu sendirikan kalau aku bahagia”
“sudahlah Ary, kamu tidak perlu berbohong pada kita”
Aku mencoba menutupi perasaanku yang dari kamarin tak menentu, tapi apa daya, mereka telah lama mengenalku, aku tak bisa berbohong pada mereka, akhirnya aku terus terang dengan semua yang terjadi selama ini.
“Benar ternyata” ucap Ryan mematahkan ceritaku.
“Benar kenapa Ryan ?”
“Benar apa yang telah diceritakan Jimy kepada kami”
jimy adalah mantan pacar dari Ayu, yang kebetulan satu kelas dengan Ryan maupun Ismail ketika kenaikan kelas XI. Ryan mulai bercerita kepadaku tentang semua cerita yang telah diceritakan Jimy kepada Ismail maupun Ryan. Intinya, Ayu selingkuh dengan Jimy, seketika aku tak kuasa menahan kesedihan, kenyataan ini begitu menyakitkan bagiku. Selama ini orang yang ku percayai, orang yang ku banggakan ternyata mempunyai hati yang busuk, bahkan lebih busuk dari seekor kera. Emosiku sudah tak terkendali waktu itu, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil keputusan untuk mengakhiri hubunganku sama Ayu mulai detik ini. Awalnya Ayu tak terima dengan keputusanku ini, tapi apa daya jika aku juga tak bisa percaya lagi sama Ayu. Akhirnya dengan berat hati dia menerima keputusanku ini.
Bel pulang sekolah berdenting, ketika itu sebagian besar anak menyambutnya dengan senang, tapi tidak denganku. Ayu menungguku di depan sekolah, pada waktu itu aku tak menganggapnya sama sekali, aku sudah terlanjur membencinya, rasa cinta yang aku harap berawal dan akan berakhir dengan kebahagiaan ternyata pudar ditengah jalan dengan alasan yang sangat memalukan. Berkali-kali Ayu meminta maaf, tapi kata maaf pun sulit terucap dari bibir ini.
“Abi, maafkan aku. Aku tahu aku salah, ijinkan aku untuk terakhir kali ini bersama Abi pulang dan aku akan terima keputusan Abi selanjutnya” Ucap Ayu dengan raut wajah memelas. Jujur aku tak kuasa melihat raut wajah itu, aku ingin bisa memaafkan dan menerima dia kembali, tapi hati dan mulut ini sudah membeku untuk sebuah kata maaf terucapkan. Ketika itu pula aku berpikir, inilah saat yang tepat untuk melepaskannya, karena sudah beberapa hari ini Ayu sama sekali tak pernah menyetujui keputusanku untuk mengakhiri hubunganku dengannya.
“Benar ? kamu bakalan terima keputusanku selanjutnya”
“Iya Abi, aku akan terima keputusan yang Abi berikan” Aku langsung menerima ajakan Ayu ingin pulang bersama untuk yang terakhir kalinya itu. Selama di jalan aku tak kuasa menahan kesedihan, hatiku begitu sakit apabila teringat perbuatannya selama ini. Ayu berusaha menggenggam tanganku, tapi aku selalu menampiknya. Ayu juga berusaha menenangkanku, tapi kata-katanya semakin membuatku tak kuasa menahan kesedihan.
“Aku mengerti aku salah selama ini, aku tidak bisa jadi yang terbaik bagi Abi, aku telah mengkhianati Abi, aku memang seseorang yang bodoh” Ucapnya dengan sesekali memandangiku dari sepion motor Jupiter MX yang sedang aku kendarai. Aku tak sanggup untuk menjawab semua kalimat yang terucap dari mulut Ayu dan kesedihan ini semakin tak tertahan, berkali-kali aku berusaha mengusap dada ini agar aku bisa tenang, menutupi kesedihan yang sedang melanda diriku dan berat untuk melupakan hal ini karena  memang sangat menyakitkan.
“Aku masih bolehkan main ke rumah Aby, masih bolehkan jalan sama Aby, masih bolehkan memanggil Ary dengan kata Aby” sambil Ayu meraih tanganku dan menggenggamnya.
Lalu dia berkata sambil menatapku melalui sepion motor “Aku pesan sama Abi, jaga diri Abi baik-baik, jangan dengan mudah menerima orang yang sepertiku dalam hidup Abi, itu tak pantas bagi orang sebaik Abi” dan itulah kalimat terakhir yang Ayu ucapkan kepadaku.
Sesampainya di rumah, ketika dia turun dari motor, aku melihat kesedihan dan penyesalan dari dalam diriku yang sangat dalam. kesedihanku semakin tak tertahan, tapi aku mencoba tegar dan menanggapi masalah ini dengan bijak, aku menyesal, dan aku baru sadar tentang arti cinta yang sesungguhnya. Disini aku terus berusaha berpikir positif atas kejadian ini. Aku yakin Tuhan tidak akan memberi cobaan apabila umatnya tidak mampu untuk menjalani dan keluar dari cobaan itu.
Akhirnya, kini aku mengerti cinta itu bukanlah sesuatu yang hanya dapat dibuat mainan semata, akhirnya, kini aku mengerti cinta itu tidak hanya datang dari ketampanan atau kecantikan, dan akhirnya, kini aku mengerti tidaklah baik jika kita terlalu membanggakan pasangan kita karena cinta. Aku mengerti atau tidak ? ternyata cinta itu selamanya tak selamanya mendatangkan kebahagiaan dalam hidup ini, melainkan juga akan mendatangkan kesedihan yang begitu mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar