Arti Cinta Sejati
Namaku Ary,dulu q
kelas X di Madrasah Aliyah Negeri Muara Enim yang masih terlalu dini mengenal
istilah cinta. Aku mengenal dengan istilah cinta saat duduk di bangku kelas
tiga SMP. Belum terlalu paham tentang cinta, sebegitu mudahnya aku
mempermainkan cinta saat itu, tanpa sedikitpun memikirkan perasaan pasanganku. Awal
masuk SMA, aku menjalin suatu hubungan dengan kakak kelasku yang bernama Sindy.
Aku kelas X, sedangkan dia kelas XII sekali lagi aku hanya bermain-main dengan
cinta tanpa serius memikirkan perasaannya yang telah tersakiti karena
kelakuanku.
Putus dari dia aku mengenal dengan
sesosok wanita muda dan cantik, kebetulan dia juga kakak kelasku, tepatnya kelas
XI, Ayu namanya. Sebelumnya aku benar tidak tertarik sama sekali menjalin
hubungan lagi, bosanlah istilahnya, tak ada yang menarik saat aku menjalin hubungan.
Awal perkenalan kami juga tidak begitu menarik, dan aku pun tak menganggap ayu
sama sekali. Tapi rasa itu langsung berbeda ketika aku pertama kali melihat
dirinya.
“Sindy, itu lo yang namanya Ayu”
gertak firman, salah seorang temanku yang ketika itu kami sedang duduk santai
didepan perpustakaan sambil berbincang. Aku langsung menoleh ke arah wanita
muda dan cantik itu, dan itulah awal aku tahu Ayu secara langsung.
“Benarkah itu Ayu?” tanyaku kepada
Firman tanpa memalingkan pandanganku ke arah Ayu.
“Iya benar, itu Ayu !” Jawab Firman
sambil memakan jajan yang baru saja ia beli.
“Gila, Benar-benar gila. cantik
banget ternyata” gumamku di dalam hati dan masih terpesona melihatnya.
Sesampainya di rumah, aku pun tak henti-henti kepikiran wajahnya Ayu.
“Kenapa ini, aku tak bisa berhenti
memikirkan wanita itu. Biasanya aku juga tak pernah seheboh ini” pikirku sangat
aneh sambil berkali-kali aku memandangi handphone berharap ada SMS masuk dari
Ayu. Sungguh aneh, yang tadinya aku tak tertarik sama sekali, sekarang malah
berharap lebih sama Ayu.
“Ada SMS !” teriakku. Langsung ku
buka SMS itu dan benar, itu SMS dari Ayu. Akupun sangat kegirangan. Itulah awal
mula aku bisa serius menjalin hubungan dengan pasangan, sungguh berbeda dengan
pasangan-pasanganku sebelumnya.
Dan inilah waktu yang aku tunggu,
waktu dimana aku dan Ayu jalan bareng. Sebelumnya kami memutuskan untuk nonton,
tapi berhubung waktu telah terlewatkan, kami akhirnya menuju ke sebuah tempat
yang begitu indah yaitu ditaman MUARA ENIM. Udara yang begitu sejuk, suasana
tenang, burung-burung bernyanyi, rumput hijau menari dan genangan air yang
membentang luas adalah sebagian kecil dari pancaran indah tempat ini. Di tempat
ini kami saling bercerita tentang kehidupan kami, tak terasa pula sore telah datang
menjemput.
“Aku boleh ngomong serius sama kamu
ry ?” tanya Ayu begitu serius memandangku.
“Boleh yu, silakan !”kebetulan kami
tidak memakai nama panggilan kakak ataupun adik. dengan sedikit gugup aku
menjawab pertanyaannya. Tiba-tiba Ayu menggenggam tanganku. “duuh gila, mau
ngapain ni anak” gumamku dalam hati.
“Maukah Ary jadi pacarku ?” seketika
perasaan ku langsung campur aduk antara senang dan bingung dan aku juga
berfikir bahwa seumur hidupku aku tidak pernah ditembak langsung sama wanita,
sebaliknya aku yang sering menembak wanita “Aku tidak bisa menjawab
pertanyaanmu sekarang Ayu. Kita juga belum lama kenal” Jawabku menutupi rasa
bingung yang sedang bersemayam di otak dan hati.
“Tapi aku sudah menganggapmu jadi
pacar aku dari dulu walaupun usia kamu lebih muda dari aku” bujuk Ayu seperti
mengharapkan jawaban berbeda dariku. Sungguh tak kuasa aku melihat
pandangannya, ingin memalingkan pandangan darinya, tapi kepala ini bagai
ditahan oleh batu besar.
“Ya sudah, aku mau”
“Benarkah ? Terima kasih Ary, hmmmmm
tapi nggak enak kalau kita manggil nama masing - masing ” Sambut Ayu dengan
muka kegirangan.”trusss,mau dipanggil apa? Lalu dia menjawabnya “Bagaimana kalo
panggil Umi dan Abi,aku panggil kamu Abi sedangkan aku panggil kamu Umi” dan
aku pun langsung menjawabnya dengan “iya”
Akhirnya aku telah mengerti indahnya
menjalin hubungan waktu bersama Ayu. Apakah ini sesuatu yang dinamakan cinta,
sesuatu yang dulu selalu aku anggap membosankan dan tidak mempunyai arti sama
sekali. Awalnya aku begitu bahagia, aku selalu membanggakannya, tapi tidaklah
mudah menjalani hubungan dengan Ayu. Banyak kabar burung tentang Ayu, entah
karena Ayu adalah salah seorang anak yang dikenal di sekolah, atau karena dia
mempunyai banyak mantan pacar di sekolah, yang pasti kabar itu sungguh tak
bersahabat di telingaku saat itu, Banyak kabar burung yang mengatakan bahwa Ayu
itu playgirls, Ayu itu anak yang tidak baik, dan sebagainya. Berbagai cara aku
lakukan untuk selalu percaya pada Ayu, karena aku yakin Ayu yang aku kenal
bukanlah tipe orang yang seperti itu. Begitu juga dengan Ayu, dia menyarankanku
untuk tidak percaya kepada kabar burung tentang dirinya.
Suatu hari, ketika kenaikan kelas.
Aku kebetulan sekelas dengan salah seorang yang telah mengenal ayu dari SMP,
dia adalah Meta, sahabat dari dua mantan pacar Ayu.
“Hai !” sambutku padanya.
“Hai juga, kamu pacarnya Ayu yang
baru ya?”
Aku hanya membalasnya dengan senyum,
walaupun pertanyaan Meta begitu biasa, tentu aku merasa sedikit tersinggung. Meta
adalah tipe orang yang mudah bergaul, walaupun kami baru kenal, tapi dia sudah
sangat akrab denganku, Meta pun tidak segan untuk berbicara tentang masa lalu
Ayu kepadaku. Aku begitu terkejut ketika Meta berbicara bahwa Ayu adalah
seorang yang playgirl, dan salah satu mantannya itu adalah lelaki yang tidak
baik. Sungguh berbanding terbalik dengan semua cerita Ayu yang sesungguhnya.
Saat itu kondisi otak dan hatiku
sungguh tidak stabil, aku bingung harus percaya sama siapa lagi, apakah aku
harus percaya sama teman-temanku yang jelas-jelas tidak hanya seorang yang
menyatakan bahwa Ayu tidak sebaik yang aku kira atau apakah aku harus percaya
sama Ayu dan mempercayai bahwa tidak mungkin orang sebaik Ayu mempunyai sifat
seperti itu. Sungguh hatiku tak tenang dengan semua ini. Ini adalah puncak rasa
ragu-raguku terhadap Ayu, tapi untuk kesekian kalinya, Ayu bisa menenangkanku
dan akhirnya aku tahu harus percaya pada siapa waktu itu.
Keesokan hari setelah aku berhasil
menenangkan pikiranku ada SMS dari seorang sahabatku,
Ryan.
“Kamu masih pacaran dengan Ayu ?” isi
SMS dari Ryan.
“Iya, kenapa ?” Balasku
“Nanti kerumahku ya, ada yang mau aku
omongin, penting !”. Melihat balasan dari Ryan, aku merasa terkejut. Tidak
seperti biasanya dia bilang seperti itu dan mengurusi urusanku dengan pacarku.
Tanpa pikir panjang aku langsung
memanasi motor, dan bersiap ke rumah Ryan tanpa meminta izin pada Ayu.
Sesampainya disana ternyata tidak hanya ada Ryan seorang, tetapi ismail juga
ada disana. Mereka berdua adalah sahabatku dari kelas satu SMP. Aku terkejut
melihat wajah mereka yang begitu serius memandangiku.
“Ada apa emangnya, wajah kalian
serius banget seperti menghadapi ulangan fisika” aku berusaha membuka
perbincangan.
“Kamu masih pacaran dengan Ayu ?”
tanya Ismail dengan penasaran.
“Masih, memangnya kenapa sih ? kalian
membuatku penasaran dari tadi”
“Sebaiknya kamu putusin saja deh Ayu
itu” ujar Ryan.
“loh, kenapa sih ? kok tiba-tiba
kalian berbicara seperti itu ? biasanya kalian mendukungku jika aku menjalin
hubungan sama orang ?”
“Iya, kami mendukung jika kamu
bahagia, tapi apa kenyataanya ?”
“Aku bahagia kok, kalian tahu
sendirikan kalau aku bahagia”
“sudahlah Ary, kamu tidak perlu
berbohong pada kita”
Aku mencoba menutupi perasaanku yang
dari kamarin tak menentu, tapi apa daya, mereka telah lama mengenalku, aku tak
bisa berbohong pada mereka, akhirnya aku terus terang dengan semua yang terjadi
selama ini.
“Benar ternyata” ucap Ryan mematahkan
ceritaku.
“Benar kenapa Ryan ?”
“Benar apa yang telah diceritakan
Jimy kepada kami”
jimy adalah mantan pacar dari Ayu,
yang kebetulan satu kelas dengan Ryan maupun Ismail ketika kenaikan kelas XI.
Ryan mulai bercerita kepadaku tentang semua cerita yang telah diceritakan Jimy
kepada Ismail maupun Ryan. Intinya, Ayu selingkuh dengan Jimy, seketika aku tak
kuasa menahan kesedihan, kenyataan ini begitu menyakitkan bagiku. Selama ini
orang yang ku percayai, orang yang ku banggakan ternyata mempunyai hati yang
busuk, bahkan lebih busuk dari seekor kera. Emosiku sudah tak terkendali waktu
itu, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil keputusan untuk mengakhiri
hubunganku sama Ayu mulai detik ini. Awalnya Ayu tak terima dengan keputusanku
ini, tapi apa daya jika aku juga tak bisa percaya lagi sama Ayu. Akhirnya
dengan berat hati dia menerima keputusanku ini.
Bel pulang sekolah berdenting, ketika
itu sebagian besar anak menyambutnya dengan senang, tapi tidak denganku. Ayu
menungguku di depan sekolah, pada waktu itu aku tak menganggapnya sama sekali,
aku sudah terlanjur membencinya, rasa cinta yang aku harap berawal dan akan
berakhir dengan kebahagiaan ternyata pudar ditengah jalan dengan alasan yang
sangat memalukan. Berkali-kali Ayu meminta maaf, tapi kata maaf pun sulit
terucap dari bibir ini.
“Abi, maafkan aku. Aku tahu aku
salah, ijinkan aku untuk terakhir kali ini bersama Abi pulang dan aku akan
terima keputusan Abi selanjutnya” Ucap Ayu dengan raut wajah memelas. Jujur aku
tak kuasa melihat raut wajah itu, aku ingin bisa memaafkan dan menerima dia
kembali, tapi hati dan mulut ini sudah membeku untuk sebuah kata maaf
terucapkan. Ketika itu pula aku berpikir, inilah saat yang tepat untuk
melepaskannya, karena sudah beberapa hari ini Ayu sama sekali tak pernah
menyetujui keputusanku untuk mengakhiri hubunganku dengannya.
“Benar ? kamu bakalan terima
keputusanku selanjutnya”
“Iya Abi, aku akan terima keputusan
yang Abi berikan” Aku langsung menerima ajakan Ayu ingin pulang bersama untuk
yang terakhir kalinya itu. Selama di jalan aku tak kuasa menahan kesedihan,
hatiku begitu sakit apabila teringat perbuatannya selama ini. Ayu berusaha
menggenggam tanganku, tapi aku selalu menampiknya. Ayu juga berusaha
menenangkanku, tapi kata-katanya semakin membuatku tak kuasa menahan kesedihan.
“Aku mengerti aku salah selama ini,
aku tidak bisa jadi yang terbaik bagi Abi, aku telah mengkhianati Abi, aku
memang seseorang yang bodoh” Ucapnya dengan sesekali memandangiku dari sepion
motor Jupiter MX yang sedang aku kendarai. Aku tak sanggup untuk menjawab semua
kalimat yang terucap dari mulut Ayu dan kesedihan ini semakin tak tertahan,
berkali-kali aku berusaha mengusap dada ini agar aku bisa tenang, menutupi
kesedihan yang sedang melanda diriku dan berat untuk melupakan hal ini
karena memang sangat menyakitkan.
“Aku masih bolehkan main ke rumah Aby,
masih bolehkan jalan sama Aby, masih bolehkan memanggil Ary dengan kata Aby”
sambil Ayu meraih tanganku dan menggenggamnya.
Lalu dia berkata sambil menatapku
melalui sepion motor “Aku pesan sama Abi, jaga diri Abi baik-baik, jangan
dengan mudah menerima orang yang sepertiku dalam hidup Abi, itu tak pantas bagi
orang sebaik Abi” dan itulah kalimat terakhir yang Ayu ucapkan kepadaku.
Sesampainya di rumah, ketika dia
turun dari motor, aku melihat kesedihan dan penyesalan dari dalam diriku yang
sangat dalam. kesedihanku semakin tak tertahan, tapi aku mencoba tegar dan
menanggapi masalah ini dengan bijak, aku menyesal, dan aku baru sadar tentang
arti cinta yang sesungguhnya. Disini aku terus berusaha berpikir positif atas kejadian
ini. Aku yakin Tuhan tidak akan memberi cobaan apabila umatnya tidak mampu
untuk menjalani dan keluar dari cobaan itu.
Akhirnya, kini aku mengerti cinta itu
bukanlah sesuatu yang hanya dapat dibuat mainan semata, akhirnya, kini aku
mengerti cinta itu tidak hanya datang dari ketampanan atau kecantikan, dan
akhirnya, kini aku mengerti tidaklah baik jika kita terlalu membanggakan
pasangan kita karena cinta. Aku mengerti atau tidak ? ternyata cinta itu
selamanya tak selamanya mendatangkan kebahagiaan dalam hidup ini, melainkan
juga akan mendatangkan kesedihan yang begitu mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar